Minggu, 21 Desember 2014

Mission Secret

                Hy perkenalkan namaku Gita Amanda, aku biasa dipanggil Gigi. Aku adalah anak paling bungsu di keluargaku, umurku 9 tahun, aku duduk di bangku kelas 3 sekolah swasta islam.  aku punya dua kakak, namanya Ka Rio dan Ka Cantika, mereka berbeda 180 derajat,  Ka Rio super jail padaku, ia duduk di bangku kelas 6 SD. Aku gatau harus berbuat apa lagi biar ga digangguin dia terus, sebel sebel sebel. Tapi, untungnya kalo aku diliatin Ka Cantika sedang diganggu Ka Rio, dia membelaku, dia balik mengerjai Ka Rio. Ka Cantika sekarang adalah yang tertua diantara kami , umurnya 15 tahun, ia duduk di bangku kelas 1 SMA Daarus Salam.
            “Hehehe biar adil..” Kata Ka Cantika padaku, aku hanya tersenyum kecil padanya.
            Ketika aku sedang bermain bersama boneka-boneka kesayanganku, aku diganggu oleh suara parau kakaku yang nakal, lagi lagi -_-
“Hey  anak cantik sini siniiii...” panggil Ka Rio padaku, ia menggenggam sebuah permen.
“Wah enak juga tuh.” Pikirku dalam hati.
Aku berlari ke arahnya meninggalkan boneka-boneka ku.
“Sebentar ya Cici, Lili, Sisi.. aku gaakan lama kok.” Kataku bicara ke boneka-boneka ku, Cici itu panggilan boneka kelinciku, Lili itu panggilan boneka ikan ku dan Sisi panggilan boneka beruangku, mereka lucu-lucu seperti aku hihihi.
Ketika aku sudah mendekat, tiba-tiba tangan kanan Ka Rio yang menggenggam sebuah permen ia ganti dengan memberiku mainan ular yang telah digenggam sedari tadi di belakang badannya oleh tangan kiri.
“Ini anak maniiis...” berinya padaku
Sontak aku berlari histeris, dia pun mengikuti larian ku, dan akhirnya aku pun tertangkap.
            “iiih kakaaa... aku takut, jangan deket-deketin aku sama itu, huhuhu” rayuku sambil           menangis layaknya anak bayi yang ingin diupah susu ke ibunya.
            “Hahaha, anak manis ini aku tangkap juga, tenang –tenang, ini Cuma mainan...hahaha”      Katanya sambil tertawa puas.
            “Huhuhu...” tak berhenti aku menangis.
            “Cup cup cup, nih nih kaka punya permen..mau ya? Asal jangan nangis lagi ya.” Rayunya
            padaku agar berhenti menangis.
            Tanpa berfikir panjang, aku pun langsung mengambil permennya, tapi.. lagi lagi..
            “Eittt... bilang makasih dulu dong ke kakamu yang paling ganteng ini,hihi.” katanya padaku.
            “Rio.. sudahlah beri saja padanya, atau kalau kamu masih mengganggu Gigi, kita perang bantal lagi nih?” Bela Ka Cantika padaku dihadapan Ka Rio.
            Aku hanya cekikian melihat ekspresi Ka Rio, lalu kuambil dengan mudah permennya lagi dan kembali ke duniaku, bermain boneka seraya mengelus-ngelus 3 boneka kesayanganku.
            “Ampuuuun kaaaaaak...” Teriak Kak Rio yang langsung masuk ke kamarnya yang super kapal pecah, berantakaaaaan banget.
            Cekikikan ku bertambah keras melihat ekspresinya yang semakin tidak karuan.
            “Thank you ya ka Cantika, untung kaka dateng kalo engga Ka Rio pasti gangguin aku terus.” Kataku sambil memberikan senyuman ku yang paling lebar.
            “ Haha iya you’re welcome sayang, eh eh btw kaka punya ide nih buat ngerjain Rio...” suaranya berbisik padaku.
            “ Wah wah wah, setuju banget tuh... gimana-gimana ka?” tanyaku kepo padanya.
            “Sssssttt nanti malam saja ya sekitar jam 7, selesai shalat isya dan makan malam keluarga, kamu ke kamar aku, entar aku kasih tau nih misi rahasia nya, oke oke...” ia pun mnyipitkan sebelah matanya untuk meminta tanda setuju.
            “Oke oke ka.” Balasku padanya sambil berlaku sama dengan menyipitkan sebelah mataku.
            Siang itu pun berlalu dengan The Mission Secret ku dengan Ka Cantika.
Allahuakbar Allahu Akbar...
            Gema adzan magrib menghiasi langit yang sebentar lagi berubah menjadi gelap gulita, aku pun cepat mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat maghrib bersama keluarga. Aku selalu ingat perkataan guruku bahwa Shalat yang disukai Allah adalah shalat di awal waktu.
            “Gigi... Sudah wudhunya? Ayo cepat kesini... “ Teriak penuh kasih sayang dari bunda padaku yang berasal dari ruangan shalat di rumah sederhanaku.
            Aku berlari secepatnya, melewati ruang makan, dapur dan ruang keluarga.
            “Lagi-lagi jadi yang paling lelet lagi nih si Gigi, wekekek..” Ucap Ka Rio padaku.
            Aku mencoba mengacuhkan ledekannya padaku, dan fokus ke arah mukena berwarna pink muda yang sedang aku kenakan.  Ka Cantika dan mama yang telah cantik dengan mukenanya yang masing-masing berwarna hijau dan biru hanya tertawa kecil melihat tingkahku dengan Ka Rio, sedangkan ayah hanya memandang kami dengan senyuman manisnya.
            “Sut sut.. sudah sudah sekarang semua sudah siap kan? Ayo kita laksanakan kewajiban kita untuk shalat maghrib. Allahuakbar...” kata ayah yang menjadi imam kepada kami para makmumnya. Takbir yang dikumandangkan ayah seolah  menjadi akhir dari pertengkaran batinku dengan Ka Rio. Hihi.
            Selepas shalat maghrib 3 rakaat bersama, kami menundukan kepala kami untuk berdoa bersama, dipimpin oleh ayah.
“Ya Azza Wa Jala.. Ampunilah dosa kami, berilah selau kesehatan pada kami, berilah rizki yang halal pada kami, Ya Rahman Ya Rahim lindungilah kami dari marabahaya, jadikanlah 3 anak kami sebagai anak-anak yang cerdas dan sukses nantinya. Rabbigfirli wali walidaya warhamhuma kama rabbayani shagira...Rabbana attina fidunya wafil akhirotihasana wakina adzabanar...Aamiin
            Kami berempat yang menjadi makmumnya hanya mengamini doa-doa yang disampaikan ayah kepada Allah, dengan mata berkaca-kaca bunda mencium kening kami satu per satu, tak lupa ayah pun mencium kening kami sambil memeluk dengan penuh kasih sayang, kami bertiga pun saling bersalaman layaknya adik dan  kakak yang hidup bahagian dengan ke akurannya. Dalam keadaan penuh haru seperti ini, Ka Rio tidak berani untuk mengganggku, hahaha.
            Tidak terasa 1 jam telah berlalu, adzan isya terdengar indah ke dalam gendang telingaku, kami sekeluarga menjalankan ibadah bersama seperti biasanya, tapi sekarang cukup berbeda, karena ayah menyuruh Ka Rio yang menjadi imamnya.
            “Rio... Sekarang ayah ingin kamu yang menjadi imam.. kamu sudah bisa kan, ikuti saja  apa yang sering ayah lakukan ya.” Perintah ayah padanya, aku hanya memandang tidak yakin,
            “Bentar Yah, kayanya dia gabisa deh, entar bisa-bisa shalatnya jadi ga khusu nih..” Kataku mengadu seenaknya kepada ayah.
            Ayah pun mengelus-elus kepalaku lalu berjongkok agar sepantar dengan tinggi ku, aku akui deh, aku pendek -_-
            “ Gigi.. Kamu tidak boleh seperti itu, tidak salah untuk mencoba kan? Coba kamu ingat-ingat saat kamu kecil, apa saat kami menyuruhmu untuk belajar jalan kamu langsung bisa? Pasti tidak kan... jadi semua yang dilakukan bisa dilakukan secara baik ketika kita punya kemauan untuk berusaha.” Nasihat ayah padaku.
            Sontak aku tidak berani untuk membuka mulut, mulutku terbungkam keras oleh kata-kata ayah yang begitu mudah dicerna. Aku hanya mengangguk-anggukan kepalaku dan tersenyum manis padanya.
            “Enak noh dimarahin...” kata Ka Rio mengejekku.
            “Hey Rio, orang lagi dinasihatin baik-baik masih aja bisa diledek, kapan mau shalatnya kalau kaya gini nih!” Emosi Ka Cantika pada adiknya yang satu itu.
            “Sudah-sudah..sekarang berdiri pada saf nya masing-masing, saling berdekatan.. Jangan menyisakan celah kecil untuk setan berada di antara kita ya...” Kata bunda mengakhiri pertengkaran sengit itu.
            “Rio mulai saja ya.. Bismillahirrahmanirrahim, Allahuakbar...” Kata Ka Rio berlaga seperti imam besar di masjid-masjid. Hihihi, dasar si kakak jail ini.
            Setelah selesai berdoa, bunda menyuruh kami ke ruang makan untuk makan malam bersama.
            “Anak-anak, sudah semuanya rapi, kalian semua ke meja makan ya... Bunda udah siapin Mie Ramen special for my sweet family...” kata bunda pada kami.
            “Asiiik asiiiik...” aku bergumam bahagia sendiri.
            Ka Rio hanya menatapku dengan aneh dan seperti biasa Ka Cantika memelototi Ka Rio agar tidak menggangguku lagi.
            “Bunda, ayah tolong buatin yang lain aja ya, soalnya tau kan..” Pinta ayah pada bunda.
            “Siap-siap yah, bunda udah buatin Nasi goreng spesial kok...” balas bunda pada ayah.
            “Spesial cinta nih yeeee, swit swiw...” Goda Ka Rio pada ayah dan bunda yang sedang begitu mesra. Aku dan Ka Cantika ikut-ikutan menggoda ayah dan bunda.
             Pembicaraan kami berakhir dengan kemesraan antara ayah dan bunda kami. Oh iya ayah itu punya penyakit dengan lambungnya, kata Pak Dokter Edi (Dokter rutinan ayah) ayah tidak boleh makan mie lagi, mie jenis apapun, karena sedikit saja dia makan mie, lambungnya bisa semakin parah. Kasian juga sih, dia harus menahan untuk makan makanan yang siap santap itu.
            Pernah ketika Ka Cantika duduk di bangku kelas 1 SMP artinya ketika aku kelas 1 SD dan Ka Rio kelas 4 SD, ia pernah bertanya mengapa ayah bisa memiliki penyakit lambung itu.
            “Yah, kok ayah bisa terkena penyakit lambung gitu sih? bikin ngeri tau yah..” Tanya Ka Cantika pada ayah.
            “Hmm.. gini nak, dulu sewaktu ayah masih kecil, karena nenek dan kakeku terlalu sibuk bekerja, ayah selalu disiapkan makanan cepat saji itu setiap hari. Maka dari itu setiap hari ayah hanya makan dan makan mie melulu, hahaha.” Jawab ayah mengingat masa-masa kecilnya itu,
            “Wah gila banget ayah..” timpal Ka Rio waktu itu.
            “Nah jadi, ayah memperingatkan ke kalian, biar engga terjadi kesalahan yang sama, kalian jangan terlalu sering makan mie ya. Tidak baik untuk lambung...” Nasihat ayah pada kami.
            Kami pun mengiyakan nasihatnya itu.
            Kebersamaan kami di ruang makan berakhir dengan cerita masa lalu ayahku, aku dan ka Cantika ya.. juga kaka jail itu bergegas ke ruang makan untuk menyantap mie ramen spesial ala mamaku.
            “Em... Yummy.. enak banget sih bun, lagi lagi dooong :D” pujiku seraya merayu bunda untuk mengambilkan ramen spesial ala mamaku sepiring lagi.
            “Ah.. Bisa saja nih anak bunda J iya boleh, tapi ambil sendiri ya sayang, em.. Tapiiii, jangan nambah banyak-banyak ya mama peringatin nih, inget sabda Rasulullah “berhentilan sebelum kenyang..” “ jelas bunda padaku.
            Aku hanya tertunduk dan mengiyakan saja, ka Cantika melihatku dengan senyuman manisnya, sedangkan Ka Rio kembali dan kembali lagi hanya menertawaiku.
            Waktu telah menunjukan pukul 20.00 , selesai sudah waktu kami sekeluarga makan bersama, bahagia rasanya melewatkan banyak waktu untuk berkumpul sekeluarga, aku selalu bersyukur atas setiap detik berlalu yang telah aku lewatkan bersama 2 kakaku, ayah dan bunda. Temanku, ira namanya, dia aku kira tak sebahgia hidupku.. mengapa? Aku pernah sekali mengunjungi rumahnya, dia tinggal bersama pamannya, ternyata ayah dan ibunya tak tahu ada dimana, naas aku mendengarnya, aku yang masih utuh keluarganya perlu banyak bersyukur atas kasih sayang yang talah banyak Allah berikan ini, Alhamdulillah.
            Tok Tok Tok
            Pintu kamar ka Cantika cukup keras aku ketuk, dia segera membuka pintunya dan menyuruhku untuk sedikit lebih tenang dengan menggunakan bahasa isyarat yang cukup aku mengerti. Aku pun mencoba memelankan langkah kakiku dan cepat masuk ke kamarnya yang dipenuhi dengan gambar kaligrafi. Subhanallah.
            “Hihihi, akan jadi misi paling rahasia nih sepertinya ka..” bisikku pada kaka ku.
            “Diiik, ruangan ini cukup tebal dindingnya, jadiii biasa aja kaleee ngomongnya hahaha..” jawabnya dengan cukup keras.
            “Hehehe.. aku kira, bisa kedengeran nih sama ka Rio ka.. “ timpalku pada ka Cantika.
            “Oke oke, kita mulai aja ya, misi rahasia ini. Kaka punya misi buat ngejerain Rio biar ga jail lagi sama kamu.” Jelasnya dengan singkat di awal misi kami.
            “Waaaah, setuju bangettt tuh, jelasin kaaa!!! :D” Balasku dengan semangat 45.
            “Misi pertama : Kamu harus ngumpulin 3 sahabat kamu buat ngelanjutin misi ini.” Jelasnya membikin aku penasaran, di benakku tersirat banyak pertanyaan buat apa sih? Tapi berhubung aku ingin cepat menyelesaikan misi ini, aku menyetujui saja perintah ka Cantika.
            *Di Sekolah*
            Assalamualaikum ya akhi ya ukhti.. assalamualaikum ya akhi ya ukhti...
            Bel sekolahku terdengar juga , akhirnya aku bersama teman lain memasuki kelas ku tepatnya di kelas 3 Umar Bin Khatab yang berada di depan kelas 4 Siti Asyah. Pelajaran pertama mengenai sejarah tentang hajar aswad, dan perlu kalian tau nih, rameeee banget lhooo...
            Seusai pelajaran berakhir aku menghampir meja Caca, Disti dan Lala untuk membicarakan seputar misi rahasia ini dan senangnya, mereka mau membantuku.
“Ah kamu ada – ada saja, kasian nanti loh kakamu itu, hihi” tukas temanku yang hari ini berjilbab putih ke abu-abuan.
“Hihihi :p ini misi rahasia yaaa, ssssttt nanti pulang sekolah kalian pokoknya ke rumah aku deh...” kataku kepada 3 sahabatku yang masih bingung mau melakukan misi seperti apa.
            “Ka, jadi gimana nih misi kita?” tanya Disti mengawali pembicaraan kami.
            “Gini ya semuanya, jadi show nya bakal kita mulai besok mumpung libur nih dan hari spesial deh pokonya, aku minta Gigi besok ngelakuin apa yg udh di rencanain kita sebaik mungkin, nah buat Disti dan Lulu siapin tempat penjebakan yang udah di planningin juga barang-barang nya ya, buat  Caca tolong bawa tali, pewarna merah dan surat berbercak merah dan menakutkan pokoknya ohya kain putih juga, kaka sendiri tugasnya ngatur misi ini biar mulus dan udah diskusi ke ayah bunda buat bantuin kita. Ada yang keberatan?” jelasnya panjang lebar.
            “Em...ka ka kan ka Rio sekarang masih di rumah temennya, dan dia besok pulang, setau aku sih di facebook katanya dia bakal pulang sekitar jam 09.00, nah kalian caca, lala, disti nginep ya di rumahku, kita siapin rumah jadi sedemikian rupa biar ngebantu berhasilnya  misi ini.” Kataku mengajak mereka.
            “SIAP BOS!!!” jawab mereka penuh semangat.
            “Oke ya, aku namain kita dengan nama “mission secret” “ Ka cantika memberi gagasan bagusnya nya.
“MISSION SECRET, YEAY!” kami hanya mengiyakan setuju dengan penuh semangat membara (membara, api kale .-.v
SHOW IS COMING
09.00
Tok tok tok
            Ka Rio telah cukup lama mengetuk pintu, tapi tidak ada seorang pun yang membuka pintu. Ia merasakan ada hal aneh hari ini, langsung saja ia buka cepat pintu ruang depan.
“Hah...Yah, bunda, gigi, kaka... apa yang telah terjadi...” teriaknya keras sampai-sampai terdengar 1 rumah.
            Ia melihat rumahnya yang sebelumnya tertata rapi, sekarang berantakan hebat.
“Seperti baru ada pencurian..” katanya berbisik dan sedikit panik, dia mencoba menyusuri ruang menuju kamar ayah bunda, tapi, apa yang terjadi. Ia melihat ayah bundanya tergeletak tak berdaya. Dunianya seperti ditimpa guntur hebat melihat kenyataan yang terjadi.
“It..ituuu pisau yg berlumuran darah, oh Tuhan siapa yg melakukan ini semua, ayah bunda meninggal! Aaaaaa...” katanya keras dan begitu panik tak karuan, sesekali meitikan air mata.
            Ia begitu berharap ka Cantika dan aku tidak mengalami hal serupa seperti ayah dan bunda, harapan itu terus muncul dan berakhir ketika dia melihat banyak bercak darah berlumuran di kamarku.
“Gigi.. gigi.. dimana kamu? Sebenarnya apa yang terjadi?????”
            Ia mencariku dari satu ruang ke ruang lain sampai ia berhasil menemukan tali yang perlu menjadi tanda tanya besar.
“Tali.. dan itu tempat apa di bawah sana, sepertinya aku harus menuju ke sana menggunkan tali ini”
            Ia pun menggunakan tali yang dibawa Caca untuk sampai menuju ruang tempat penjebakan layaknya gua yg sebelumnya belum pernah ia tahu.
“Yes! Berhasil.” Gertaku dalam hati.
BAHAYA MENIMPA ADIKMU!

            Sesaat setelah sampai di ruang seperti gua yang begitu sunyi, ia melihat ada surat yang berwarna merah darah dan kertas itu berisikan

             Ia pun seketika melempar kertas itu “BULSHIT!” katanya.
            “Gigi...gigi...gigi...” teriaknya mencariku berulang-ulang.
            Kepanikan itu terus menjadi-jadi ketika lala memerankan aktingnya menjadii...
            “Hihihihihi hihihihihihi, adikmu....adikmuuu... adikmuu akan mati dalam dekapanku, hihihihihihihihi...” menjadi kuntilanak di siang bolong, dia berterbangan di langit –langit gua. Ka Rio terperkur hebat, mukanya sangat lucu jika diviedeokan, aku hanya cekikikan melihatnya.
            “Gigi..gigi...gigi....”
            Ia pun menemukanku tergeletak seperti halnya ayah bunda di kamar yang semuanya hanya main-main.
            “Gigi... gigi jangan tinggalin kaka gi, rio sayang gigi, rio minta maaf kalau banyak buat salah sama gigi..” ia menangis kencang sambil meminta maaf di hadapanku yang berpura-pura meninggal. Rasanya baru kali ini si kaka jail ini berkata – kata baik begini di hadapanku.
            Sontak ia langsung menelpon polisi, tapi tidak ada yang menjawab, ia telepon rumah sakit tapi sama halnya tidak ada yang menjawabnya. Akhirnya ia memutuskan untuk menangis sambil menyesali segala perbuatannya padaku.
            Ka Cantika yg sedari tadi berada di atas untuk mengangkat badan Caca menjadi kuntilanak pun turun untuk memberikan surprise. Tak lupa ayah bunda yang berpura-pura meninggal pun ikut memberikan kejutan itu.
“Tadaaaaa..... happy birthday to youu... happy birthday to you... happy birthday happy birthday happy birthday to you” Ka Cantika, ayah, bunda dan caca bernyanyi girang membuat hal yg terduga bagi Rio.
            Aku juga yang mulanya berpura-pura meninggal mengikuti nyanyian yang menjadi ritual orang berulang tahun, sedangkan Lala dan disti membawa terigu dan telor untuk ditumpahkan di badan Ka Rio yang hari ini akan sedang menjadi objek kejutan di hari yg bersejarah pertambahan umurnya.
“Hahaha..” semuanya tertawa hebat, kecuali dirinya sendiri, Ka Rio masih tidak menyangka hari ini yang baru diingatnya sebagai hari ulang tahunnya bisa berbeda seperti tahun-tahun sebelumnya.
“MISSION SECRET, yeaaaaaay” kami ber7 bersorak bahagia bisa melaksanakan misi dengan baik sekaigus memberi kejutan kepada yang berulang tahun hari itu.
“RIO BENCI KALIAN” ka Rio hanya membuahi semua kerja keras kita dengan kata-kata yang membuat kami tertawa terbahak-bahak, ditambah lagi wajahnya yg ditimpa telor dan terigu mendukung momen yang tak terlupakan di sepanjang hidupnya.

            Ohya, polisi dan rumah sakit yang waktu di ditelfon Ka Rio ga mengangkat itu juga sudah termasuk misi kami, kami meminta mereka untuk tidak mengangkat nomor Rio yg sudha kami beritahu sebelumnya berapa nomornya, hahaha semuanya berjalan lancar ternyata, ini semua bukan untuk memberi kejeraan kepada ka Rio sebenarnya agar tidak menggangguku, ya namanya kaka beradik ga berantem ga lucu kali yeee, tapi untuk kejutan di hari ulang tahunnya. 

Tidak ada komentar: