Hai, perkenalkan
aku anak sore hari kemarin yang kini insyaAllah sah menginjak bangku semester 3
di dunia perkuliahan, universitasku cukup terkemuka dan aku sungguh bersyukur
bisa menjadi satu dari ribuan orang yang ingin berkuliah disana. Mengingat,
pengumuman SBMPTN 2017 6 hari lalu, sontak aku seakan menatap haru adik-adikku
yang telah berjuang demi menggapai apa yang dicitakan, tetap semangat ya
adik-adikku ‘Ini baru awal’ kata orang-orang mah T.T. Skip, kok ganyambung sih
sama judul?intermezzo plis.
Amal, singkatnya
merupakan segala perbuatan atau perkataan baik atau buruk yang dilakukan oleh
manusia di dunia. Untuk apa? Untuk akhirat. Kenapa harus mengumpulkan amal?Biar
masuk surga. Gimana ngeliat amal apa aja yang udah dilakuin di dunia?Jeng jeng,
seketika diri hanya terisak memojokan diri. Jawabannya, gatau, gainget, dan
mungkin banyak orang berifikir ‘gak perlu diinget lah’ yang penting kita
beramal sebanyak mungkin, karena belum tentu apa yang kita sebut ‘amal’ itu
adalah sebenar-benarnya amal atau dalam kata lain ‘bakal diterima’.
Lalu, sempatkah
anda semua berfikir tentang, kenapa sih Allah ga ‘mentransparansikan’ amal? Padahal
dalam ranah akuntansi, segala pengeluaran itu harus transaparan, dalam ranah
pendidikan segala nilai itu harus transparan, lalu bagaimana dengan amal? Padahal
ya jika amalan transparan, mungkinkah
masih ada yang sudi untuk menunda-nunda untuk memberatkan amal kebaikan?tidak,
padahal jika amalan kita transparan, insentif akhirat pastilah jadi satu-satunya
tujuan hidup manusia sebenar-benarnya.
Lebih lucu lagi
kalo transparansi amal itu dibuat berkala, kebayang ga sih bagaimana sibuknya
orang membandingkan amalnya dengan amal orang lain, semacam ada rapor amal
gituu, dan yang paling beramal mendapatkan penghargaan di dunia akhirat.
Contoh:
Saudara Mujahidin,
ditetapkan sebagai ‘terbanyak beramal di kelurahan SukaRasa periode 2016-2017’
dengan poin amal sebagai berikut:
-
Bersedekah 20juta
-
Umroh 3x bersama anak yatim
-
Puasa setiap hari(pas bulan ramadhan maksudnya)
Dan
amal-amal lain yang menggunung.
Hehehe,
gimala?pasti aneh aja kali ya kalo keadaannya kayak gitu. Pasti persaingan untu
beramal jadi semakin ketat karena transparansi itu, karena manusia mencari
prestige dan kepuasan untuk dihargai, dan pada akhirnya amal yang
ditransparansikan hanya membelokan niat orang untuk sekedar takabur dan ingin
dipandang. Untung saja, amal tak ditransparansikan.
Ya dan pada kenyataannya,
ekspektasi itu tak selamanya baik, apa yang kita anggap ‘wah kayaknya bakal
keren yak kalo gini...’ belum tentu seperti itu, hidup itu tak seideal
sinetron, hidup itu tentang tanggung jawab dan kesabaran. Amalan itu
hubungannya sama yang diatas, dan gabisa neko-neko lagi. Pernah denger kan ada
pelacur yang diakhir masa hidupnya ngasih minum anjing dan akhirnya dia masuk
syurga?nah, jadi sebenarnya amal itu miliki semua orang, tidak ada yang
didiskreditkan ‘kalo kamu beramal pahalanya lebih gede’, ‘tapi kalo kamu yang
beramal gadapet pahala samsek, karena kamu terlalu banyak ngelakuin dosa’
engga, engga gitu, Sesungguhnya pun Allah sudah memberikan mushaf sebagai kitab
petunjuk hidup manusia. Ya ibarat lomba gituu, ada guidelinenya kan, dan itu
harus dipatuhi oleh peserta lomba dengan sebaik mungkin, biar apa?yang maksimal
memantapkan guideline itu, maka dia yang jadi pemenang. Begitupun dengan manusia,
siapa yang memaksimalkan wahyu yang sudah diturunkan Allah lewat malaikat
Jibril dan menjadi salah satu mukzizat Nabi Muhammad SAW, maka dia yang
sebenar-benarnya menjadi pemenang.
Tanpa harus
mempertanyakan TRANSPARANSI AMAL, tanpa harus MEMBANDINGKAN amalan kita dengan
orang lain yang malah akan membuat ria hati kita (jika kita merasa amal kita
jauh diatasnya) atau malah membuat kita rendah diri (jika kita merasa amal kita
jauh dibawahnya), karena itu urusanNya, jalani proses dnegan sebaik mungkin,
insyaAllah hasil kan mengikutinya.
Ramadhan tlah
menginjak hari ke 23, masih ingin menerawang amalan kita?jangan, lakukan saja
segala hal baik yang dirasa mampu oleh kita, dan prinsip terpenting beramal
adalah ‘mending sedikit tapi kontinu’ lebih baik lagi ‘banyak tapi kontinu’
dewa nih :D . Sekian, Semoga berkah :)
.
.
.
**Dari yang
sudah tidak bertanya transparansi amal diri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar