Selasa, 16 Agustus 2016

KOBARKAN JIWA 45

71 Tahun lalu, tepat di tanggal  17 Agustus semua rakyat Indonesia sorak roai akan kegembiraan ‘kemerdekaan’, 71 tahun silam pula negara besar Indonesia menunjukan kepada dunia ke’berdikari’annya yang ditunjukan lewat perjuangan berat para pahlawan zaman dahulu, pantang menyerah dan mengorbankan diri demi bangsa dan negara, betapa tidak mulianya para pahlawan. Lalu bagimana perkembangan ‘kemerdekaan negara Indonesia’ sampai hari ini mencapai usia 71 tahun, apakah masih tetap terjagakah kesucian lambang merdeka lampau, apa mungkin sebaliknya?

Merdeka, bisa diartikan bermacam-macam, menurut KBBI sendiri merdeka berarti “Bebas, tidak terkena atau lepas dari tuntutan, tidak terikat atau bergantung pada pihak tertentu”, sedangkan menurut mentor saya di halaqah menyebutkan bahwa merdeka sendiri berarti “Bebas dari penghambaan makhluk menuju penghambaan pada sang khaliq”, mungkin banyak tanggapan pro kontra terhadap kalimat itu, salah satunya adalah, Berarti pada masa penjajahan sama saja orang-orang Indonesia lebih takut pada manusia daripada Tuhannya?Apakah setiap orang pada zaman itu menjadikan diri mereka atheis(tidak beragama) demi negara penjajah?Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan relevan terhadap situasi tersebut tentunya sayapun tidak bisa menjawab secara baik dan benar karena saya tidak mengalami masa-masa itu, in other side I’m so grateful can born in 1998, when reformation appear, despite I can’t pass the real struggle, I really love this country, whitout the reason.

Terbayang betapa ketakutan, kegetiran, kesedihan dan perasaan-perasaan buruk lain menghampiri setiap jiwa para insan masa itu, yakni ketika masa penjajahan Nederland dan Jepang. Betapa pun saya sangat merasakan kegelisahan dan keotoriteran zaman tersebut ketika mendengar cerita masa prakemerdekaan tiba, buyut saya bercerita tentang bagaimana seorang gadis(karena buyut saya pada waktu itu pun masih gadis) harus senantiasa menundukan kepala dan mengendap-endap bersembunyi ketika bertemu pasukan jepang yang sedang berkeliling, karena jika berjalan dengan bebas dan tanpa tau etika, gadis tersebut bisa langsung disekap dan dibawa oleh pasukan Jepang, hal yang terjadi setelahnya wallahualam, mungkin bisa saja selamat jika beruntung(namun keperawanan bisa hilang) atau bisa pun menghilang karena terbunuh secara keji. Pada masa itu buyut saya, sampai tidak berani untuk sesekali saja keluar rumah, jika terpaksa saja harus keluar rumah ia harus membuat wajahnya tertutup oleh rambut agar muka berparas eloknya tidak diketahui oleh para pasukan jepang yang sedang berusaha bertugas sekaligus ‘memangsa’.

“Untung sudah merdeka ya.” kini rakyat Indonesia perlu banyak bersyukur, tidak ada kekejian dan keotoriteran bangsa lain di tanah milik kita, para perjuangan pahlawan benar-benar terbalas karena memang dapat dikatakan berjuang di Jalan Allah (Jihad) demi keselamatan dan kebahagiaan generasi masa kini, lalu jika generasi masa kini tidak bangga terhadap bangsanya sendiri, guess what perasaan para pahlawan yang sebagian besar sudah dikubur di Taman Makam Pahlawan, sedih? Atau bahkan menyesalkah? Mereka seakan menyesal dan sedih sudah menjadikan Indonesia ‘Merdeka’, karena dengan merdekanya negara ini, dengan kebebasan yang sudah tercipata, generasi masa kini lebih mencintai budaya luar like K-Pop, Hollywood, Bollywood, ya memang benar, mau dikata apa?

Lalu haruskah Indonesia kembali lagi ke masa-masa keterpurukan di masa lampau itu?

Sudikah para generasi kini, mempertaruhkan jiwa dan raga demi berkorban bagi bangsa?

Maukah para generasi kini menjadi pahlawan angkat senjata layaknya zaman dahulu?

Mungkin sebagian besar remaja hanya bisa menelan ludah ketika mendapat pertanyaan semacam itu, mental generasi kini bisa disebut ‘mental tempe’ empuk dan mudah tergoyahkan keadaan, baru saja dicubit atau ditampar oleh guru(itu pun kesalahan sendiri) sudah lapor orang tua, dan orang tua tanpa berfikir panjang melapor polisi, bahkan ada yang lebih tidak tau diri, membalas ‘pukulan pelajaran’ sang guru menjadi ‘pukulan dendam’ terhadap para guru. Siapakah yang salah dalam membangun mental anak masa kini?Ingat kata pepatah buah kelapa jatuh takkan jauh dari pohonnya atau air jatuh ke pelimbahan juga yang menjadikan bukti bahwa didikan pertama anak adalah orang tua, jika gagal memabngun jiwa anak berarti gagal juga orang tua itu mendidik, dan faktor lainnya tergantung kepribadian sang anak entah karena pergaulan yang salah, cara bersosialisasi yang tidak sesuai norma, tidak ada keinginan maju dan rasa malas dalam diri.

Namun, tidak semua oknum-oknum tersebut adalah semua generasi zaman kini, tidak jarang juga yang berusaha mengukir prestasi di luar negeri, contohnya para Atlet Rio 2016 yang sudah membanggakan negeri ini, sehingga Indonesia punya wibawa bukan hanya di mata Asia, namun dunia. Ingat B.J Habiebie?Presiden ketiga negara ini yang menjabat hanya seumur jagung namun hasil pemerintahnnya dapat dikatakan sangat bagus?ya, ia putra bangsa negeri ini, mantan alumnus ITB yang selanjutnya kuliah di Jerman dan akhirnya bisa menciptakan pesawat terbang, barulah setelah hingar bingar nama Habibie di Jerman, negara ini melirik kepotensialan SDM yang jarang Indonesia miliki, hinga IPTN bisa ada berkat siapa?lalu dimana sosok Habibi ketika ia belum seterkenal sekarang, apa Indonesia tidak sedikit saja menghargain itu?Negeri ini potensial namun belum mempotensialkan diri akan SDMnya, para manusia berprestasi Indonesia tidak jarang hanya mendapatkan ‘selamat’ ketika sudah mendapatkan hasil perjuangannya, tidak ada ke spesialan lain setelahnya, bahkan banyak atlet yang di masa tuanya menderita, sungguh miris.

Selain itu, banyak pula para oknum petinggi Negara yang sudah menodai perjuangan para pahlawan terdahulu dengan melakukan korupsi, menggelumbangkan dana keuangan negara, nepotisme, tidak bekerja maksimal, lalu masih haruskah mereka digemblengkan jiwa kemerdekaannya?bukankah mereka pun sama-sama tahu dan lebih mengerti perjuangan para leluhur, apakah hanya alibi ‘khilaf’ rakyat Indonesia harus dengan mudahnya memaafkan kejahatan besar itu?Apakah kejahatan bermiliar rupiah itu harus dibandingkan dengan seorang nenek yang mencuri sandal yang ganjaran hukumannya lebih berat? Dimanakah letak hukum di negeri ini bapak, ibu yang terhormat.

Indonesia, dengan titel ‘negara hukum’ seharusnya bisa benar-benar menegakan ‘hukum bagi orang yang bersalah’ dan ‘hukum bagi orang yang benar-benar bersalah’. Dalam hal ini, mungkin keidealisan saya benar-benar menuntut itu, walau saya tahu hakim, jaksa dan penegak hukum lainnya memang bukan manusia sempurna, hanya Tuhan yang tahu. Jadi, sudah kita bisa pastikan bahwa jika orang bersalah mendapat hukuman benar-benar bersalah, Tuhan tidak diam, Tuhan melihat dan akan membalas. Jika di dunia get no fair, heaven full of fair.


Dengan 71 tahun kemerdekan negara lahir saya ini, jujur...baru 18 tahun saja yang bisa saya syukuri(karena memang umur saya hehe), namun terlepas dari hal syukur yang tentunya harus diutamakan karena memang kemerdekaan buah anugrah Sang Pencipta, kita perlu ingat akan kehendak sang Pencipta jika Indonesia harus diruntuhkan karena mudah saja Kun Fa Yakun, mari putar kembali, memori sejarah di masa lampau ingatkah ketika dulu Kerajaan Majapahit hampir menguasai sebagian besar nusantara?Namun pada akhirnya memang siklus hidup harus terus berjalan, mulanya ada lalu berkembang, berjaya dan pada akhirnya pasti akan runtuh, sekelas majapahit loh. Maka, memang tidak dapat dipungkiri bahwasannya Indonesia pun mungkin akan runtuh, entah kapan dan para generasi siapa. Tugas kita saat ini sebagai penerus bangsa adalah tetap bangga dan cinta pada tanah kelahiran kita, Indonesia, apapun keadaannya kelak, tetaplah bersatupadu dalam jiwa kemerdekaan demi Indonesia yang semakin merdeka!Merdeka...Merdeka....Merdeka.........Hidup Indonesia!Hidup Pahlawan!Hidup generasi masa depan!Tetaplah jadi Indonesia yang berjaya layaknya Majapahit dulu, tetaplah besar layaknya sriwijaya dulu, tetaplah berpemimpin arif layaknya Ratu Kalingga dulu, dan tetaplah berjiwa 45 walau tua sudah usia negeri ini. Sekali lagi merdeka! J

Tidak ada komentar: