Kamis, 25 Desember 2014

Pertemuan Singkat

Di sudut tengah kota itu kami hanya berdua saja, tepat di malam minggu pertengahan bulan Januari itu kami bisa bertemu, berdua memandang langit lembayung yang begitu memberi pesona pada hati. Sungguh indah! Kesan indah ini semakin mencuat ketika dia memandangku begitu serius, bola matanya begitu indah. Begitu sempurna dengan garis bibir yang mungil dan hidung yang mancung, kulitnya yang bersih dan terawat membuatku semakin terpesona.

Kau begitu cantik, wanita...
Apa yang kurasakan ini? 

Aku tahu pandangan nya padaku hanya sebatas kerinduan saja, karena akhir akhir ini kita jarang bersua. Namun walau begitu aku tetap bahagia, bisa menikmati wajah indah yang sangat indah dalam pandangan mata ini.

"Aku begitu rindu padamu" 
Sudah aku duga sebelumnya, perkataanya akan terucap seperti itu.
"Tapi aku tidak, bagaimana dong?"candaku sambil berwajah serius
"Kau masih sama seperti yang dulu."
Ternyata dia masih mengingat aku, kukira selama setahun ini dia sudah melupakan aku yang hanya teman masa kecilnya, ah kau...aku jadi semakin ingin memilikimu.
"Bagaimana dengan pendidikanmu?" tanyaku mulai serius.
"Ya begitulah, jauh dari orang tua dan lebih mementingkan pendidikan bukan sesuatu yang baik sepertinya, aku kurang semangat disana" ceritanya mengeluh.
"Walau begitu kau harus tetap melanjutkannya, kan sayang sudah semester 4, 2 semester lagi ya. Kalau tentang semangat menyemangati kau tinggal telepon mama mu saja, atau kau mau aku saja yang menelponmu untuk menyemangatimu?" jawabku membuat solusi sambil diselingi canda lagi.
"Aku sudah melakukan hal itu, tapi rasanya tetap beda bung ridwan. Aku tidak bisa hidup seperti ini, bisa-bisa tidak maksimal aku disana, apalagi aku bukan orang jawa yang memahami bahasa jawa fasih jadi disana aku kurang bisa beradaptasi. Wah kalau itu jangan, nanti pacarmu marah" katanya.
"Kok kamu seperti ini ya?tetap semangat dong..Sindi yang aku kenal yang selalu berwajah ceria dan low profile. Toh kalau nanti hasilnya ga maksimal, kamu juga yang bakal dikecewakan iya ga? maka dari itu selalu lakukan yang terbaik oke. Aku percaya padamu Sin." Sejenak aku berdehem untuk merspon pernyataan kalimatnya di ucapan terakhir.
"Hm, pacar? haha" kataku sambil tertawa.
"Bagaimana dengan hubunganmu dengan Gita sampai sekarang?Hihi" tanyanya sambil tersenyum kecil
Belum aku menjawabnya, lagi-lagi aku hanya memandang langit yang semakin kejinggaan.
"Sudah terlalu sore sin, mari kita sudahi perjumpaan kita kali ini" ucapku mengakhiri obrolanku dengannya,
"Tapi kau belum jawab pertanyaanku wan?" 
"Lain waktu bisa kan... "
"Aku dengar Gita membaik kan dari sakitnya?maka dari itu aku ingin tau bagaimana hubungan kalian setelah aku tinggal 1 tahun terkahir ini..tapi kalo mau main rahasia rahasian kayaknya aku bisa mastiin kita ga bakal bisa bertemu lagi apalagi ngobrol kayak gini..." ancamnya sambil menekuk wajah
"Ya begitulah keadannya, syukur dia bisa cukup kuat menghadapinya selama ini. Aku selalu menyemangatinya."
"Sip aku yakin kau pria terbaik bagi Gita, aku yakin.." 
Aku hanya menatapnya penuh haru

Andai saja kau tahu sin...

"Besok aku harus sudah pergi lagi ke Surabaya. Bagaimana aku bisa tidak rindu padamu lagi ya?"tanyanya membuatku melupakan keharuanku.
"Kau cukup memelukku sekarang." jawabku singkat.
"Dasar kau tukang selingkuh, haha.." dia pun tersenyum memandangku

Hah...senyum itu, senyum itu yang kurindukan darimu, kau hanya cukup seperti itu, potret senyummu takkan lekang hilang dari ingatanku...

"Sudah mau malam, antarkan aku pulang ya sahabat, hehe" 
"Masih jadi ratu nebeng nih... hihi" kataku menyindirnya.
"Yaudah, gajadi deh aku jalan aja." dia pun menekukan wajahnya.

Nah satu lagi yang kurindukan darimu, wajah jelek mu yang seperti ini, sungguh jelek namun tetap menggugah hatiku untuk menyukaimu.

"Becanda kali ah, hayooo senyuuum. Yuk pulang"

Karena masih tersindir dia pun tetap memutuskan jalan, aku yang melihatnya seperti itu tidak langsung menghampirinya dan meminta maaf seperti di film film, aku cukup menyunggingkan senyum kecil.

"Gausah terlalu khawatir ah , lagian rumahnya juga deket..dan bentar lagi pasti..."

*Bipbip*
telepon genggamku bergetar
--Aku sudah sampai di rumah, maafkan aku ya Wan T^T, untuk rasa permohonan maaf POKOKNYA besok kau harus antar aku ke tempat travel-- .Sindi.

Satu lagi yang aku rindukan, sikapmu...

Hah rasanya aku merindukan semua darimu 

Aku pun lagi lagi tersenyum sendiri mengakhiri cerita ku denganmu.

---

4November2014

Untukmu, wanita impianku

Halo Sin, bagaimana kabarmu?rasanya aku ingin cepat bertemu denganmu, semua darimu tak bisa aku hilangkan dari ingatanku. Aku rindu wajah indahmu, senyummu, wajah jelekmu ketika kau cemberut dan reaksi marahmu padakku. Kapan kita bisa bertemu lagi?
Saat kita bertemu nanti aku bisa pastikan kau pasti bertanya
"Bagaimana hubunganmu dengan Gita?" 
Sungguh aku malas menjawabnya, dari awal kau yang memaksaku untuk menembaknya, mengawali cerita cinta buatan ini. Padahal kau tahu? aku tak berperasaan sekali padanya aku hanya pura-pura agar kau tidak marah padaku, namun sakit rasanya ternyata. Yang aku inginkan kamu, bukan dia, apalagi iming-iming di balik semuanya adalah untuk membuatnya cepat sembuh, karena aku pria satu satunya yang disukainya. Hah hubungan macam apa ini...
Kau bisa tau kan apa yang aku rasakan?
Semua yang aku lakukan ini hanya untukmu. Cukupkah pengorbananku untuk membuktikan ketuulusan dan kesetiaan ini?Sudah cukupkah?
Kalau belum, katakanlah lagi apa yang bisa aku lakukan lagi padamu, namun jangan lagi untuk memaksaku mencintai seseorang yang tidak aku cintai, karena hanya kau yang aku cintai. 
Selepas Gita sembuh, aku akan putus dengannya, apapun reaksinya aku tak peduli toh bukan dia wanita yang aku cintai. Cukup hanya kau, aku akan menunggu rasaku terbalas. Hanya kau seorang Sindi Puspa. Hanya kau. 

Ini hanya surat tak terbalas, tapi jangan sampai rasaku yang tak terbalas. Nanti aku sakit loh, pedulikan rasa ini ya, semoga kau mengerti=).

Tidak ada komentar: