Entah bagaimana aku mengawalinya, ini hanya celetuk hati yang
tidak bisa dipendam untuk lebih lama lagi. Kebiasaan memendam sudah aku coba
buka dari dulu, tapi apa?hasilnya masih nihil. Batin ini seakan tersiksa dengan
kebusukan mereka, menampakan semburat cahaya di depan namun berubah jadi awan
hitam ketika di belakang, aku jadi tak suka dengan cara mereka. Mengapa tidak
bilang saja?apa yang kalian ingin utarakan. Aku salah di bagian mana? apa yang
membuat kalian tak ingin dekat denganku lagi.
Huh...aku tahu, aku cukup bersalah
untuk hal itu.
Masih saja untuk mencoba diam dan hanya
menunggu detik terhampar mereka mendekatiku tapi apa boleh buat, semua itu
hanya harapanku belaka.
Siapa sih yang ingin punya musuh?
Toh hati ini pun
sebenarnya membuka lebar kalian untuk bisa jadi temanku, tapi lebarnya pintu
hati ini kalah dengan merapatnya pintu hati kalian. Aku cukup tak bisa berhenti
memikirkannya lagi.
Kalau saja kalian masih mau mendengarkan maafku, aku janji..aku
janji akan menuruti perintah kalian lagi. Saat itu, aku lebih memilih untuk
jujur dan tidak memberikan bocoran jawaban pada kalian, karena aku takut kena
marah untuk ketiga kalinya.Namun kalian tidak menerima penjelasanku, aku harus
apa?
Ini batin yang merasakan, tak pernah bisa
lisan berkata sepatah kata pun tentang kalian, hanya bisa terungkap dengan air
mata, air mata yang bisa membuktikan kebencian kalian terhadapku sekarang. AKU
MENANGIS.
Tolong jangan siksa aku untuk lebih lama
lagi, aku tak kuat menanggung kehampaan hidup tanpa kalian, yang sempat dulu
dipanggil sahabat.Walau sebenarrnya hanya sahabat tanpa jejak, yang hanya
datang saat butuh. Kalian manfaatkan aku..
Mungkin, sekarang...sekarang waktunya
kalian bisa berhenti untuk tidak menghabiskan waktu kalian untuk tidak
menyiniskan aku, tidak lagi menatapku dengan penuh kebencian, tidak lagi
mencoba mencari cara agar aku bisa perlahan mati. Sekarang aku akan mewujudkan
apa yang kalian ingin coba lakukan padaku. Terimakasih atas waktu
berharganya SAHABAT.
Gadis itu mati dalam dekapan dingin tembok
rangan ukuran 3x3m. Di tempat dimana para siswa biasanya buang air, disana ia
dikunci tanpa jejak, tak tahu oleh siapa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar